Menyambut Ramadhan 1439 H - 2018 M
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
1.
Ramadhan
adalah Bulan Diturunkannya Al Qur’an
Allah Ta’ala
berfirman,
|
“(Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)
2.
Setan-setan
Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika
Ramadhan Tiba
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
”Apabila Ramadhan
tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”[1]
1.
Terdapat
Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan
Allah Ta’ala
berfirman,
”Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 1-3).
Dan Allah Ta’ala
juga berfirman,
”Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3). Yang dimaksud malam yang diberkahi
di sini adalah malam lailatul qadr2.
2.
Bulan
Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Do’a
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa
orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim
apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”[2]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tiga orang yang
do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang
adil, dan do’a orang yang dizholimi”.4 An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini
menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal
ia berpuasa hingga akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika
itu.”5
[1] HR. Bukhari no. 3277 dan
Muslim no. 1079, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu 2 Tafsir Ath
Thobari, 21/6.
[2] HR. Al Bazaar, dari Jabir
bin ‘Abdillah. Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (10/149) mengatakan bahwa
perowinya tsiqoh (terpercaya). Lihat Jaami’ul Ahadits, 9/224. 4 HR. At Tirmidzi no. 3598. Tirmidzi mengatakan
bahwa hadits ini hasan. 5
Al Majmu’, 6/375.
KEUTAMAAN PUASA
GANJARAN BAGI MEREKA YANG BERPUASA
“Tiga orang yang
do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang
adil, dan do’a orang yang dizholimi”.4 An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan
bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal ia berpuasa
hingga akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.”5
KEUTAMAAN PUASA
1.
Puasa adalah
Penghalang dari Siksa Neraka
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
”Puasa adalah perisai
yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.”[1]
2. Puasa akan Memberikan Syafa’at bagi Orang
yang Menjalankannya
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
|
”Puasa dan Al Qur’an
itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa
akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu
syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al
Qur’an pula berkata, ’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari,
karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau
bersabda,’Maka syafa’at keduanya diperkenankan.’“7
3. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan
Pengampunan Dosa
[1] HR. Ahmad 3/396, dari
Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut
shahih dilihat dari banyak jalan. 7
HR. Ahmad 2/174, dari
‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat
Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 984. 8 HR. Bukhari No. 38 dan
Muslim no. 760, dari Abu Hurairah.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa yang
berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka
dosanya di masa lalu pasti diampuni”.8
GANJARAN BAGI MEREKA YANG BERPUASA
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
|
“Setiap amalan
kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku.
Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat
dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di
sisi Allah daripada bau minyak misk.”[1]
Dalam riwayat lain dikatakan,
“Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa.
Amalan puasa adalah untuk-Ku”.”10
Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
HR. Ahmad 2/467. Syaikh Syu’aib
Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim
“Allah ‘azza wa jalla
berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali
amalan puasa. Amalan puasa adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya”.”11
Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa
Dari riwayat pertama, dikatakan bahwa setiap amalan akan
dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal.
Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan
seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu,
amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada
batasan bilangan.
Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali –semoga Allah
merahmati beliau- mengatakan,”Karena puasa adalah bagian dari kesabaran”.
Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az Zumar: 10)
Sabar itu ada tiga macam yaitu (1) sabar dalam melakukan
ketaatan kepada Allah, (2) sabar dalam meninggalkan yang haram dan (3) sabar
dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini,
semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada
bentuk melakukan ketaatan, menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa
seseorang berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri
dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa
meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.
Amalan Puasa Khusus untuk Allah
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya
kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”. Riwayat ini menunjukkan bahwa
setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan
untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.
Kenapa Allah bisa
menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?
[Alasan pertama] Karena di dalam puasa, seseorang
meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati
dalam amalan lainnya. Dalam ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan
jima’ (berhubungan badan dengan istri) dan meninggalkan berbagai harum-haruman.
Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula
dengan ibadah shalat. Dalam shalat
memang kita dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu terjadi
dalam waktu yang singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah
dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap
makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu.
Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan
berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan lainnya. Jika
seseorang telah melakukan ini semua –seperti meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan
makan-minum ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal
tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka
ini menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah yang
dikatakan oleh Ibnu Rajab, “Inilah yang
menunjukkan benarnya iman orang tersebut.” Orang yang melakukan puasa
seperti itu selalu menyadari bahwa dia berada dalam pengawasan Allah meskipun
dia berada sendirian. Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat
yang dia sukai. Dia lebih suka mentaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya karena takut pada siksaan dan selalu mengharap
ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan, “Beruntunglah
orang yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji
Rabb yang tidak nampak di hadapannya”. Oleh karena itu, Allah membalas
orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun mengkhususkan amalan puasa
tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya.
[Alasan kedua] Puasa adalah rahasia antara seorang hamba
dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Amalan puasa
berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam
amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena
itu, Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “Dalam
puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin dilihat/dipuji orang lain).” Dari
dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan
amalan lainnya.
Sebab Pahala Puasa, Seseorang Memasuki
Surga
Lalu dalam riwayat lainnya dikatakan, “Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah
sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.”
Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan, “Pada hari kiamat nanti,
Allah Ta’ala akan menghisab
hamba-Nya. Setiap amalan akan menembus berbagai macam kezholiman yang pernah
dilakukan, hingga tidak tersisa satu pun kecuali satu amalan yaitu puasa.
Amalan puasa ini akan Allah simpan dan akhirnya Allah memasukkan orang tersebut
ke surga.”
Jadi, amalan puasa adalah untuk Allah Ta’ala. Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang pun mengambil
ganjaran amalan puasa tersebut sebagai tebusan baginya. Ganjaran amalan puasa
akan disimpan bagi pelakunya di sisi Allah Ta’ala.
Dengan kata lain, seluruh amalan kebaikan dapat menghapuskan dosadosa yang
dilakukan oleh pelakunya. Sehingga karena banyaknya dosa yang dilakukan,
seseorang tidak lagi memiliki pahala kebaikan apa-apa.
Ada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa hari kiamat nanti
antara amalan kejelekan dan kebaikan akan ditimbang, satu yang lainnya akan
saling memangkas. Lalu tersisalah satu kebaikan dari amalanamalan kebaikan tadi
yang menyebabkan pelakunya masuk surga.
Itulah
amalan puasa yang akan tersimpan di sisi Allah. Amalan kebaikan lain akan
memangkas kejelekan yang dilakukan oleh seorang hamba. Ketika tidak tersisa
satu kebaikan kecuali puasa, Allah akan menyimpan amalan puasa tersebut dan akan memasukkan hamba
yang memiliki simpanan amalan puasa tadi ke dalam surga.
Dua Kebahagiaan yang Diraih Orang yang
Berpuasa
Dalam hadits di atas dikatakan, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu
kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.”
Kebahagiaan pertama adalah ketika seseorang berbuka puasa.
Ketika berbuka, jiwa begitu ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia
rasakan tidak menyenangkan ketika berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai
makanan, minuman dan menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai
macam syahwat ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut
diperbolehkan lagi.
Kebahagiaan
kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai
pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran
besar yang sangat dia
butuhkan. Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Dan kebaikan
apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya
di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.”
(QS. Al Muzammil: 20)
Bau Mulut Orang yang Berpuasa di Sisi Allah
Ganjaran bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam
hadits di atas , “Sungguh bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misk.”
Seperti kita tahu bersama bahwa bau mulut orang yang
berpuasa apalagi di siang hari sungguh tidak mengenakkan. Namun bau mulut
seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah karena bau ini
dihasilkan dari amalan ketaatan dank arena mengharap ridho Allah. Sebagaimana
pula darah orang yang mati syahid pada hari kiamat nanti, warnanya adalah warna
darah, namun baunya adalah bau minyak misk.
Harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada
dua sebab:
[Pertama] Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa puasa
adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah di dunia. Ketika di akhirat,
Allah pun menampakkan amalan puasa ini sehingga makhluk pun tahu bahwa dia
adalah orang yang gemar berpuasa. Allah memberitahukan amalan puasa yang dia
lakukan di hadapan manusia lainnya karena dulu di dunia, dia berusaha keras
menyembunyikan amalan tersebut dari orang lain. Inilah bau mulut yang harum
yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena amalan rahasia yang dia
lakukan.
[Kedua] Barangsiapa yang beribadah dan mentaati Allah,
selalu mengharap ridho Allah di dunia melalui amalan yang dia lakukan, lalu
muncul dari amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia,
maka bekas seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan bekas tersebut
adalah sesuatu yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan
bekas yang tidak terasa enak tersebut
muncul karena melakukan ketaatan dan mengharap ridho Allah. Oleh karena
itu, Allah pun membalasnya dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang
menyenangkan seluruh makhluk, walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi
makluk ketika di dunia.
Inilah beberapa keutamaan amalan puasa. Inilah yang akan
diraih bagi seorang hamba yang melaksanakan amalan puasa yang wajib di bulan
Ramadhan maupun amalan puasa yang sunnah dengan dilandasi keikhlasan dan selalu
mengharap ridho Allah.[1]
Menyambut Ramadhan 1439 H - 2018 M
Reviewed by budi daily
on
May 03, 2018
Rating:
Post a Comment